Cerita Rakyat Aceh : Po Meurah

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan tinggallah raja dan anaknya dalam sebuah istana yang terletak di pinggir sungai. Keluarga kerajaan tersebut bukanlah keluarga yang biasa, mereka memiliki pantangan. Konon, jika mereka menyeberangi sungai atau melintasi ke daratan sebelah, mereka akan berubah wujud menjadi gajah. Karena pantangan tersebut, mereka jarang sekali pergi melintas ke daratan sebelah sungai tersebut. Namun anak raja yang perempuan, suka sekali pergi ke daratan sebelah sungai. Si gadis cantik nan jelita tersebut hampir setiap hari pergi ke daratan sebelah untuk bermain atau mencari makan. Sesampai di sana, saat berubah wujud menjadi gajah, dia suka memakan dedaunan dan tumbuhan yang kadang-kadang merupakan tumbuhan di kebun orang lain.

Suatu hari, seperti biasa, dia pergi ke daratan sebelah untuk bermain-main dan mencari makan. "Hari ini cuaca sangat cerah dan indah, sepertinya pergi ke sebelah sungai pasti menyenangkan", kata putri raja dalam hati. Sampailah dia di sebuah kebun yang memiliki banyak tumbuhan yang hijau nan subur, sehingga dia langsung memakannya. Saking asiknya memakan tumbuhan tersebut, tanpa dia sadari, ternyata ada seorang lelaki yang melihatnya, dia adalah pemilik kebun tersebut. Sang lelaki tersebut terkejut karena melihat ada gajah di kebunnya. Oleh karena itu, dia langsung pulang mengambil tombak untuk menikam si gajah yang telah memakan tanaman di kebunnya tersebut.

Setelah mengambil senjatanya, dia langsung kembali ke kebunnya. Dengan hati-hati, dia mengambil posisi yang pas untuk melemparkan senjatanya tanpa ketahuan si gajah. Setelah mendapat posisi yang pas, dia langsung melempar tombak ke arah si gajah. Lemparannya tepat mengenai kaki si gajah. Si gajah terkejut kesakitan dan berlari ke arah sungai. Si tukang kebun mengikuti si gajah dari belakang hingga sampai ke sungai.

Setibanya di sana, dia terkejut bukan kepalang. Si gajah yang tadi melintasi sungai, berubah menjadi seorang gadis cantik nan jelita. Dia tentu mengenal siapa gadis tersebut, dia adalah seorang putri raja yang tinggal di sebelah sungai. Si tukang kebun sangat ketakutan dan kembali ke rumahnya tanpa menceritakan kejadian itu pada siapapun.

Si gadis yang kesakitan pulang ke rumah sambil menangis. Sang raja langsung memanggil tabib ketika melihat luka bengkak di kaki sibuah hatinya. Sang tabib kebingungan dengan luka sang tuan putri yang bengkak. Dia tidak mengetahui penyebab muncul bengkak tersebut sehingga dia tidak bisa menyembuhkannya. Kaki si gadis makin hari makin membengkak dan dia terus kesakitan. Dia hanya bisa terbaring di tempat tidurnya karena tidak bisa berjalan. Berbagai tabib yang dipanggil oleh raja tidak bisa menyembuhkan penyakit aneh tersebut karena memang tidak ada yang mengetahuinya. Sang raja hampir putus asa, sehingga pada akhirnya dia membuat sebuah sayembara. "Siapa saja yang berhasil menyembuhkan penyakit putriku, maka dia akan kunikahkan dengannya", umum sang raja.

Sayembara raja sampailah ke telinga si tukang kebun. Dia tahu apa yang menimpa sang putri raja, karena dialah yang melakukannya. Oleh karena itu, dia menyanggupi sayembara tersebut dan pergi ke istana.
Sesampainya di sana, dia meminta sang raja untuk menyediakan obat luka, pisau, dan sebuah potongan bambu pendek. Orang-orang yang berada di istana heran dengan permintaan si tukang kebun. Namun demi kesembuhan si buah hati, sang raja tetap menyuruh pembantunya untuk mengambilkan barang-barang yang diminta oleh si tukang kebun tersebut.

Tidak lama kemudian, obat luka, pisau, dan sebuah potongan bambu pendek sudah berada di tangan si tukang kebun. Dia meminta izin kepada raja untuk mengobati putrinya. Sang raja pun mempersilahkan si tukang kebun untuk masuk ke dalam kamar si buah hati. Si tukang kebun terkejut saat melihat kaki sang putri sudah membengkak cukup besar. Tanpa terlalu lama mengamati, dia langsung mempersiapkan peralatannya. Pertama sekali dia mengambil pisau, dengan hati-hati dia meyayat kaki bengkak si tuan putri. Memang benar seperti dugaannya, didalam kaki yang bengkak terdapat ujung tombak yang sebelumnya dilempar olehnya. Dengan was-was agar tidak ketahuan, dia mengambil ujung tombak tersebut, memasukkannya ke dalam bambu dan disembunyikan di bawah lengan bajunya. Bagian terakhir yang dia lakukan adalah menekan luka bengkak tersebut sampai nanah keluar dan kemudian di membalutnya dengan obat luka.

Dalam beberapa hari, bengkak kaki sang tuan putri semakin menyusut dan sembuh. Sampai seminggu kemudian, dia sudah bisa berjalan kembali. Seperti janji raja, si tukang kebun akan dinikahkan dengan putrinya. "Hari ini anakku akan kunikahkan dengan si tukang kebun", cetus raja. Sesuai dengan adat, pesta diadakan terlebih dahulu di rumah mempelai wanita. Raja mengadakan pesta yang meriah di istananya dan mengundang seluruh keluarga kerajaan. Si tukang kebun juga sangat senang karena akhirnya dia bisa menikahi seorang putri raja yang cantik jelita.

Setelah perayaan pesta selesai sampai siang di hari itu, sekarang adalah waktunya untuk mengantar mempelai wanita ke rumah suaminya, si tukang kebun. Seluruh keluarga kerajaan mempersiapkan bermacam kue atau buah tangan untuk dibawa ke rumah mempelai pria. Sesaat sebelum berangkat, raja mengamanahkan kepada rombongannya untuk tidak melakukan pantangan. "Kuingatkan pada kalian, saat sampai di pinggir sungai, janganlah beristirahat di tempat itu, walaupun kalian sedang dalam kelelahan", pesan sang raja kepada rombongan itu.

Tidak lama kemudian, rombongan tersebut langsung berangkat. Sampailah mereka di pinggir sungai yang disebutkan raja tadi. Konon pinggiran sungai tersebut ditumbuhi pohon-pohon yang rindang, setiap orang yang melintasi sungai tersebut, pasti akan beristirahat di bawahnya. Rombongan kedua mempelai itu tentu saja tergoda untuk beristirahat di bawah pohon nan rindang itu. Siang yang terik, kelelahan karena merayakan pesta di istana tadi membuat rombongan tersebut merasa sangat ngantuk. "Apa boleh buat, sepertinya beristirahat sebentar di bawah pohon itu akan menyenangkan", kata seseorang dalam rombongan. Karena mereka juga merasa ngantuk dan kelelahan, rombongan pun mengikuti perkataan orang yang tadi. Alhasil mereka pun beristirahat sebentar di pinggir sungai itu.

Namun semuanya di luar dugaan, niatnya beristirahat sebentar, nyatanya mereka semua ketiduran, termasuk si mempelai pria. Semuanya cukup menikmati rindangnya di bawah pepohonan itu, diirini dengan hembusan angin sejuk sungai. Mereka tertidur hingga akhirnya sampai waktu sore. Namun si tukang kebun tidak nyaman di tidur sore hari itu, dia terbangun karena terdengar suara aneh di dekatnya. Dia terkejut bukan kepalang, yang dilihat oleh matanya seperti mimpi. Dia mengucek matanya beberapa kali dan mencubit pipinya berharap bahwa semuanya adalah mimpi. Apa yang dia lihat didekatnya adalah sebuah kerumunan gajah yang sangat banyak. Rombongan keluarga kerajaan yang tadi berubah menjadi gajah. Kue-kue yang dibawa rombongan tadi semuanya menjadi berantakan. Semuanya sirna, dia tidak tahu lagi yang mana lagi istrinya. Dia hanya bisa tertunduk, si tukang kebun akhirnya sadar akan pesan sang raja sebelum berangkat dari istana.

Sumber : My Dad.